Sabtu, 17 Oktober 2009

Rasulullah SAW bersabda:

((إنَّ بَيْنَ أيْدِيكُمْ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا، وَيُمْسِي كَافِرًا ، وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا))

“Sesunggunya di hadapan kalian akan banyak fitnah bagaikan malam gelap gulita, seseorang menjadi mu’min di pagi hari dan menjadi kafir di sore hari, menjadi mu’min di sore hari dan menjadi kafir di pagi hari.” [H.R. Abu Daud]

Teriakan bertalu-talu timbul dari seorang wanita usia muda .. Disusul kemudian lengkingan suara remaja putri yang berteriak dengan suara yang .. Semuanya menuntut dengan suara yang satu dan permintaan yang sama: “Di manakah kebahagiaan dan kesenangan itu? Di manakah ketenangan jiwa dan ketetapan hati itu?” Kami terbawa oleh kesedihan dan tertimpa gundah gulana .. Tidur tak nyenyak disebabkan oleh banyaknya dosa yang menyelimuti langit-langit hati kami. Kami dikelilingi oleh syahwat yang membara, dan layar-layar TV membangkitakn rangsangan seks kami .. Sementara setitik iman masih tersisa dalam hati kami memanggil kalian .. Tolonglah kami!!



Ukhti Muslimah !! Kita hidup pada zaman di mana sarana informasi beraneka ragam banyaknya. Duniapun menyuarakan peradaban materi yang memenuhi tempat-tempat hiburan dan kesenangan .. Menjauhkan kebahagiaan dan mendekatkan kesengsaraan.



Di tengah-tengah lautan ganas dengan ombak yang menggulung itu seorang muslim merasa takut fitnah mengenai dirinya disebabkan oleh tersebarnya Syubuhat (hal-hal remang) dan banyaknya syahwat hawa nafsu.



Rasulullah SAW bersabda:



((إنَّ بَيْنَ أيْدِيكُمْ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا، وَيُمْسِي كَافِرًا ، وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا))

“Sesunggunya di hadapan kalian akan banyak fitnah bagaikan malam gelap gulita, seseorang menjadi mu’min di pagi hari dan menjadi kafir di sore hari, menjadi mu’min di sore hari dan menjadi kafir di pagi hari.” [H.R. Abu Daud]



Karena keinginan yang tinggi terhadap surga yang seluas langit dan bumi dan karena ketakutan tergelincir dalam kubang kehancuran, maka teguklah air sungai yang jernih dan memancarkan cahaya dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya SAW, itu akan menghilangkan kebengisan, melepaskan cengkraman setan dan merobek tirai yang dipercantik oleh maksiat. Rahmat Allah –Azza wa Jalla- akan menggapaimu untuk menyelamatkanmu dari siksaan yang pedih dan menjagamu dari kejatuhan ke dalam salah satu pintu di antara pintu-pintu kehancuran dan kebinasaan.



Ukhti Muslimah !! Di antara bahaya terbesar yang mengancam seorang wanita muslimah adalah pengaruh nafsu seks dan terbukanya pintu syahwat di hadapan dan dalam gapaian mereka. Disebabkan oleh permulaan-permulaan yang dianggap remeh, tetapi bisa menggelincirkannya ke dalam perbuatan zina yang diharamkan itu.



Iman Ahmad -Rahimahullah- berkata: “Saya tidak tahu adanya dosa besar setelah bunuh diri melebihi perbuatan zina.”



Allah –Azza wa Jalla- dan Rasul-Nya telah mengharamkan perbuatan zina karena kejinya perbuatan ini dan jeleknya sarana pengantarnya. Allah –Azza wa Jalla- melarang mendekati sarana dan penyebab zina karena itu adalah langkah awal sebelum terperosok ke dalamnya. Allah Ta’ala berfirman:



}وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَى إنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً{

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra’: 32)



Perbuatan zina termasuk dosa besar setelah syirik dan pembunuhan, dan termasuk …. , kekejian yang membinasakan dan kejahatan yang mematikan. Rasulullah SAW bersabda:



((مَا مِنْ ذَنْبٍ بَعْدَ الشِّرْكِ أعْظَمُ عِنْدَ اللهِ مِنْ نُطْفَةٍ وَضَعَهَا رَجُلٌ فِي رَحِمٍ لاَ يَحِلُّ لَهُ))

“Tidaklah suatu dosa setelah syirik yang lebih besar di sisi Allah dari setetes air mani yang diletakkan seorang lelaki pada rahim yang tidak dihalalkan baginya.”



Dalam hadits Muttafaqun ‘Alaihi:



((لاَيَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ))



“Tidaklah seorang penzina ketika berzina, sementara dia beriman.”



Keharamannya dipertegas lagi oleh Allah –Azza wa Jalla- dalam firman-Nya:



}وَالَّذِينَ لاَ يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إلَهًا ءَاخَرَ وَلاَ يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إلاَّ بِالحَقِّ وَلاَ يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ العَذَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إلاَّ مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا{



“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan dosa(nya) (yaitu) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sholeh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Furqon: 68-70)



Dalam ayat ini Allah –Azza wa Jalla- menggandengkan perbuatan zina dengan perbuatan syirik dan bunuh diri, serta menjadikan hukuman itu semua berupa kekalan di dalam azab yang berlipat-lipat. Selama seorang hamba belum mengangkat penyebabnya berupa taubat, iman dan amal sholeh.



Allah –Azza wa Jalla- mensyaratkan keberuntungan dan keselamatan seorang hamba dengan menjaga kemaluan agar tidak tergelincir pada perbuatan zina. Dan tidak ada jalan menuju ke keselamatan kecuali dengan meninggalkannya. Allah –Azza wa Jalla- berfirman:



}قَدْ أفْلَحَ المُؤْمِنُونَ{ -إلى قَوْلِهِ- }وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إلاَّ عَلَى أزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ{



“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman –hingga ayat- Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (Q.S. Al-Mu’minun: 1-6)



Ukhti Muslimah !! Zina itu kehinaan yang akan menghancurkan bangunan yang megah, menundukkan kepala yang tinggi, menghitamkan wajah yang putih dan membisukan lisan yang tajam. Dan itu adalah kehinaan yang paling sanggup menanggalkan baju kehormatan bagaimanapun luasnya. Dan juga merupakan kotoran hitam yang bila menimpa suatu keluarga, maka akan menutupi lebaran-lembaran kehidupannya yang putih dan pandangan matapun tidak melihat sesuatu kecuali yang hitam dan jelek.







Hukuman Zina







Allah SWT mengkhususkan perbuatan zina dengan tiga hukuman:



1. Dibunuh dengan bentuk pembunuhan yang jelek dan siksaan yang keras.



2. Allah melarang hamba-hamba-Nya merasa kasihan dan sayang kepada pelaku zina.



3. Allah memerintahkan agar hukuman tersebut disaksikan oleh kaum mu’minin, dan itu dilakukan agar lebih sampai kepada tujuan dan hikmah ditegakkannya hukuman ini.



Adapun hukumannya di dunia, adalah dengan menegakkan hukuman bagi pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah berupa rajam dengan lemparan batu hingga meninggal agar seluruh anggota tubuhnya merasakan siksaan itu sebagai hukuman bagi keduanya. Keduanya dilempar dengan batu sebagai gambaran bahwa mereka telah menghancurkan suatu rumah tangga, maka keduanya dirajam dengan menggunakan batu-batu dari bangunan yang telah mereka hancurkan itu. Bila keduanya belum berkeluarga, maka mereka dicambuk sebanyak 100 kali dengan cambukan yang paling keras dan dibuang dari negeri asalnya selama satu tahun.



Di antara hukuman zina adalah seperti apa yang disabdakan Rasulullah SAW:



((تُفْتَحُ أبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ : هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى ؟ هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجُ عَنْهُ؟ فَلاَ يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ إلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ لَهُ إلاَّ زَانِيَةً تَسْعَى بِفَرْجِهَا))



“Pintu-pintu surga akan dibuka pada pertengahan malam lalu, lalu ada yang menyeru: “Adakah orang yang memohon lalu permohonannya dikabulkan? Adakah orang yang meminta lalu permintaannya dipenuhi? Adakah orang yang tertimpa sesuatu yang jelek lalu dibebaskan darinya? Maka tidak ada seorang muslimpun yang memohon dengan suatu permohonan kecuali dikabulkan oleh Allah, kecuali wanita penzina yang menjual kehormatannya.” [H.R. Ahmad dan Tabarani dengan sanad hasan]



Dan di antara akibat tersebarnya perbuatan zina yang keji ini adalah timbulnya berbagai macam penyakit, sebagaimana disinyalir dalam hadits:



((لَمْ تَظْهَرِ الفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إلاَّ فَشَى فِيهِمِ الطَّاعُونَ وَالأوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أسْلاَفِهِمْ الَّذِينَ مَضَوا))



“Tidaklah nampak suatu perbuatan fahisah (zina) pada suatu kaum hingga mereka mengumumkannya kecuali mereka akan ditimpa penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang belum pernah ada pada orang-orang dulu sebelum mereka.” [H.R. Ibnu Majah]



Dan hal itu dapat disaksikan sekarang ini pada umat-umat yang membiarkan dan membolehkan perbuatan kotor ini.



Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah nampak suatu riba dan zina pada suatu negeri kecuali Allah akan menghancurkan mereka.”



Dan di antara akibat perbuatan zina ini adalah seperti apa yang disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits Ru’yah:



((… فَانْطَلَقْنَا إلَى ثَقَبٍ مِثْلَ التَّنُّورِ أعْلاَهُ ضَيِّقٌ وَأسْفَلَهُ وَاسِعٌ يُتَوَقَّدُ نَارًا ، فَإذَا اقْتَرَبَ ارْتَفَعُوا حَتَّى كَادَ أنْ يَخْرُجُوا فَإذَا خَمِدَتْ رَجَعُوا فِيهَا ، وَفِيهَا رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلاَءِ ؟ قَالاَ لِي : هَؤُلاَءِ هُمُ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي)) وَجَاءَ فِي الحَدِيثِ أيضًا : ((أنَّ مَنْ زَنَى بِامْرَأَةٍ كَانَ عَلَيهِ وَعَلَيْهَا فِي القَبْرِ نِصْفَ عَذَابِ هَذِهِ الأُمَّةِ))



“Maka kamipun menuju ke suatu lobang, seperti tungku yang atasannya sempit dan bawahannya luas lalu dinyalakan api. Bila mendekat maka mereka akan terangkat hingga hampir saja mereka terlempar keluar, dan bila apinya redup maka mereka kembali turun. Di dalamnya terdapat golongan laki-laki dan perempuan yang telanjang, maka saya bertanya: “Siapa mereka? Keduanya menjawab: “Mereka itu adalah tukang zina laki-laki dan perempuan.” Dan di dalam hadits pula terdapat: “Sesungguhnya seorang laki-aki yang berzina dengan seorang wanita, maka bagi keduanya di dalam kubur akan disiksa seperdua siksaan umat ini.”



Di antara hukuman zina adalah: pelakunya mengumpulkan segala jenis kejelekan seperti; kekurangan agama, tidak punya wara’ (usaha menghindari dosa), tidak punya sopan santun, tidak punya ghirah (rasa cemburu). Jadi kita tidak akan menemukan seorang penzina yang memiliki wara’, menepati janji, kejujuran dalam perkataan, menjaga ikatan persahabatan dan tidak memiliki ghirah yang penuh terhadap keluarganya.



Di antara akibat zina adalah: wajah yang hitam dan kelam, hati yang gelap karena cahayanya yang hilang, jiwa yang penuh dengan kesedihan, kegundahan, dan jauh dari dari ketenangan. Umur yang pendek, berkah yang dicabut dan kefakiran yang akan menimpanya. Dalam salah satu atsar disebutkan:



(إنَّ اللهَ مُهْلِكُ الطُّغَاةِ وَمُفَقِّرُ الزُّنَاةِ)



“Sesungguhnya Allah membinasakan para thaghut dan menfakirkan para pelaku zina.”



Di antara akibat lain dari zina adalah: pelakunya tidak lagi menyandang nama baik sebagai orang yang mulia, orang yang baik-baik dan orang yang adil, sebaliknya akan menyandang nama jelek sebagai orang yang fasik, penzina dan sebagai pengkhianat. Keseraman yang meliputi wajahnya, kesempitan dan penyakit hati yang ia derita.



Dan di antara akibat zina yang paling besar adalah Su’ul Khotimah (akhir hidup yang jelek). Ibnul Qoyyim berkata:



“Bila anda melihat keadaan sebagian besar orang yang dzakaratul maut, maka anda akan melihat adanya halangan antara dia dan husnul khotimah, sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan jelek yang pernah mereka lakukan.”



Ukhti Muslimah !! Hati-hatilah! Jangan memberanikan diri untuk melakukan maksiat baik yang kecil maupun yang besar. Wanita-wanita Arab Jahiliyah dulu sangat membenci zina dan tidak redha menimpa orang-orang merdeka. Ketika Rasulullah SAW membaiat mereka untuk tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak mencuri dan tidak berzina. Hindun binti ‘Utbah berkata dengan penuh keheranan: “Apakah ada seorang wanita merdeka yang berzina wahai Rasulullah!



Dalam salah satu pribahasa Arab mengatakan: “Seorang wanita merdeka meninggal dan tidak makan dari usaha menjual diri”



Ukhti Muslimah !! Ingatlah! Bahwa Allah melihatmu, maka janganlah melanggar perintah-Nya dan terperosok ke dalam apa yang Ia murkai.







Jalan keselamatan







Ukhti Muslimah !! Semoga Allah menjagamu dan menghiasimu dengan taqwa! Laluilah jalan keselamatan! Bangkitlah dari tidurmu ! Jauhilah apa yang dapat menggiringmu kepada kehancuran dan membawamu kehinaan. Di antara jalan keselamatan adalah sebagai berikut:



1. Tidak berdua-duaan dengan laki-laki lain yang bukan muhrim selamanya, baik di rumah, di mobil, di toko, di pesawat dan sebagainya. Jadilah satu umat yang taat kepada Allah –Azza wa Jalla- dan Rasul-Nya. Maka janganlah dengan mudah melanggar perintah keduanya. Rasulullah SAW bersabda:



((مَا خَلاَ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إلاَّ كَانَ الشَّيْطَانُ ثَالِثُهُمَا))



“Tidaklah seorang laki-laki yang berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiga itu adalah setan.”



2. Tidak terlalu sering keluar ke pasar sebatas kemampuan dan beribadah kepada Allah dengan tetap tinggal di rumah, dengan mengikuti perintah Allah –Azza wa Jalla-:



}وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ{



“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” (Q.S.Al-Ahzab:33)



Abdullah ibnu Mas’ud berkata:



(مَا قَرُبَتِ المَرْأَةُ إلَى اللهِ بِأعْظَمِ مِنْ قُعُودِهَا فِي بَيْتِهَا)



“Tidak ada taqorub seorang wanita kepada Allah melebihi tinggalnya di rumah.”



Dan ketika keluar hendaklah bersama muhrimmu atau wanita yang dapat dipercaya dari keluargamu. Dan janganlah merendahkan suara dan berlemah lembut dalam bertutur kata dengan penjual. Tidak apa anda rugi beberapa rupiah dari pada kerugian menimpa agama anda. Naudzu Billah.



3. Hindarilah Tabarruj (berhias diri dengan make up) dan Sufur (tidak menutup aurat) ketika keluar rumah, karena itu menyebabkan fitnah dan menarik perhatian. Rasulullah SAW bersabda :



((صِنْفَانِ مِنْ أهْلِ النَّارِ)) وَذَكَرَ مِنْهُمَا ((نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيلاَتٌ..))



“Ada dua golongan penghuni neraka –dan disebutkan salah satu di antaranya- wanita yang berpakaian tapi telanjang dan berjalan miring sambil berlenggak-lenggok.”



Dan pakaian yang paling dianjurkan adalah memakai ‘abaya atau aba`a yang sederhana (pakaian tipis berwarna hitam yang menutupi seluruh tubuh), meutup kedua tangan dan kaki, serta tidak menggunakan cadar (yang hanya menampakkan kedua mata, tetapi justru harus yang menutupi seluruh wajah termasuk kedua mata) dan menjauhi penggunaan wangi-wangian. Hendaklah anda mencontoh Ummahatul Mu’minin dan Shohabiyat (wanita-wanita sahabat Rasul), bila keluar rumah mereka itu bagaikan burung bangau yang memakai pakaian hitam, tidak sesuatupun dari tubuh mereka.



4. Hindarilah wahai Ukhti Muslimah membaca majalah-majalah yang merusak dan menonton film-film forno, karena itu akan membangkitkan nafsu seks dan meremehkan perbuatan keji dengan menamakannya “cinta dan persahabatan” dan menampakkan perbuatan zina dengan menamakannya “hubungan kasih sayang yang matang antara seorang laki-laki dan wanita”. Janganlah merusak rumahmu, hatimu dan akalmu dengan hubungan-hubungan yang diharamkan.



5. Allah –Azza wa Jalla- berfirman:



}وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الحَدِيثِ لِيُضِلَّ عِنْ سَبِيلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ{



“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (Q.S. Lukman: 6)



Maka hindarilah mendengarkan lagu-lagu dan musik, hiasilah pendengaranmu dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, rutinlah membaca dzikir dan istighfar, perbanyaklah dzikrul maut (ingat mati) dan Muhasabtun Nafsi (evaluasi diri). Ketahuilah bahwa ketika anda maksiat kepada Allah –Azza wa Jalla- maka sesungguhnya anda maksiat kepada-Nya dengan nikmat yang Ia berikan kepadamu, maka hati-hatilah jangan sampai nikmat itu dicabut dari diri anda.



6. Takutlah kepada Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui apa-apa yang tersembunyi. Ini adalah rasa takut yang paling tinggi yang menjauhkan seseorang dari perbuatan maksiat. Anggaplah bahwa suatu ketika anda tergelincir pada seperseribu perbuatan zina. Maka bagaimana jika seandainya hal itu diketahui oleh bapakmu, ibumu, saudara-saudaramu, kerabatmu atau suamimu? Dalam pandangan dan buah bibir mereka ketika anda meninggal menganggap anda sebagai seorang pezina? Naudzu Billahi min Dzalik.



7. Hendaklah anda memiliki teman sholehah yang menolong dan membantu anda, karena manusia itu lemah sementara setan siap menerkamnya di mana saja. Hindarilah teman yang jelek, karena ia akan datang kepada anda bagaikan seorang pencuri yang masuk secara sembunyi mencari kesempatan hingga ia menggelincirkanmu pada sesuatu yang diharamkan. Ingatlah paman nabi SAW, ia adalah lelaki tua dan memiliki akal yang lurus, tetapi walaupun demikian karena adanya teman yang jelek yaitu Abu Jahal yang hadir di sampingnya ketika wafat menjadi penyebab meninggalnya beliau dalam keadaan syirik.



8. Perbanyaklah berdoa, karena nabi umat ini termasuk orang yang senantiasa membaca doa dan banyak istighfar.



9. Janganlah hendaknya suatu waktu itu berlalu kecuali anda membaca Al-Qur’an. Berusahalah menghafal apa yang mudah dari Al-Qur’an. Kalau anda memiliki semangat yang tinggi maka bergabunglah dengan kelompok Tahfidzul Qur’an khusus wanita, karena jika diri anda tidak disibukkan dengan ketaatan dan ibadah maka ia akan disibukkan oleh kebatilan.



10. Sesungguhnya apa yang kalian cari dalam hubungan-hubungan yang diharamkan untuk mengisi waktu atau memenuhi rasa kasih sayang pada hakekatnya adalah akibat dari kekosongan rohani dan hati serta kesempitan dada yang bersumber dari jauhnya seseorang dari taat dan ibadah. Allah –Azza wa Jalla- berfirman:



}وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا{



“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Q.S. Thaha: 124)



11. Ingatlah bahwa anda akan meninggalkan dunia ini dengan lembaran-lembaran yang anda tulis sepanjang hari-hari kehidupan anda, bila lembara-lembaran itu penuh dengan ketaatan dan ibadah, maka bergembiralah. Dan bila sebaliknya maka segeralah bertaubat sebelum meninggal. Karena hari kiamat itu adalah hari penyesalan. Allah berfirman:



}وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الحَسْرَةِ{



“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan.” (Q.S. Maryam: 39)



Yaitu hari dibukanya (segala hal yang tersembunyi) dan lembaran-lembaran yang beterbangan. Hari di mana seorang ibu yang menyusui melupakan anaknya yang sedang ia susui. Ingatlah wahai Ukhti Muslimah! hari di mana anda berbaring di dalam kubur sendirian.



12. Ukhti Muslimah! Telepon telah menjerumuskan banyak wanita, maka janganlah menjadi salah seorang di antara mereka. Bila anda diuji oleh seekor serigala berwajah manusia dan anda telah memulai hubungan yang diharamkan dengannya, maka hendaklah segera memutuskan hubungan itu sebelum berlanjut. Dan ketahuilah bahwa Allah memberikan anda jalan keluar dan keselamatan dari padanya.



13. Ingatlah! Wahai yang mencari kebahagiaan dan berusaha menuju surga, bahwa itu semua dalam rangka taat kepada Allah dan menjalani perintah-perintah-Nya.



}مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيوةً طَيِّبَةً{



“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (Q.S. An-Nahl: 97)



Ingatlah bahwa meninggalkan maksiat lebih ringan dari pada meminta taubat. Saya mengingatkan anda dengan hadits Rasulullah SAW:



((إذَا صَامَتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أيِّ أبْوَابِ الجَنَّةِ شَاءَتْ))



“Bila seorang wanita sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya maka ia akan memasuki pintu-pintu surga mana saja yang ia kehendaki.”



Semoga Allah memberimu petunjuk yang dapat memberikan petunjuk kepada orng lain, menjadikanmu wanita mulia, bertakwa dan suci, menghiasi dirimu dengan iman dan menjadikanmu wanita sholehah dan taat serta termasuk orang-orang yang diseru nanti pada peristiwa yang besar itu:



(ادْخُلُوا الجَنَّةَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلاَ أنْتُمْ تَحْزَنُونَ{



“Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati.” (Q.S. Al-A’raaf: 49)



sumber :http://kluwan.wordpress.com
lanjutkan membaca...

Kamis, 17 September 2009

AWAS GENDAM MODEL BARU

Fyi, semoga bermanfaat ttg modus kejahatan baru Waspadalah !!

Seorang pria menghampiri seorang wanita yang sedang mengisi bensin dan menawarkan jasanya sebagai pengecat serta memberikan kartu namanya. Wanita itu menolaknya namun menerima kartu nama tersebut karena sopan santun. Pria tersebut kemudian masuk ke sebuah mobil yang dikemudikan pria lain. Pada saat wanita itu meninggalkan Pompa Bensin, dia melihat bahwa pria tersebut juga meninggalkan pompa bensin tersebut pada saat yang bersamaan.Hampir seketika, wanita tersebut merasa pusing dan kesulitan untuk bernapas.

Dia mencoba untuk membuka jendela mobil dan kemudian menyadari bahwa bau tersebut berasal dari tangannya. Tangan yang sama dengan tangan yang ia gunakan pada saat menerima kartu nama dari pria di Pom Bensin tersebut.

Wanita tersebut menyadari bahwa pria di pom bensin tersebut berada tepat dibelakang mobilnya dan ia merasa harus melakukan sesuatu pada saat itu juga. Wanita itu kemudian menepi ke jalan masuk rumah yang pertama ia temui dan memencet klakson mobilnya berulang-ulang untuk meminta tolong.

Laki-laki yang membuntuti wanita tersebut kemudian melarikan diri tapi wanita tersebut masih merasa sangat pusing setelah beberapa menit sampai akhirnya dia dapat bernapas dengan normal. Sepertinya ada sesuatu yang terdapat pada kartu nama tersebut yang dapat menyakitinya.

Obat ini disebut dengan "Burun Danga" dan ini digunakan oleh orang yang ingin melumpuhkan korbannya untuk mencuri dari korban tersebut atau memanfaatkannya.Obat ini empat kali lipat lebih ampuh dari date rape drug (sorry ga ketemu terjemahan yang pas) dan dapat ditransfer kepada korban dengan sebuah kartu yang sederhana.Jadi harap untuk memperhatikan hal ini dan jangan menerima kartu pada saat anda sendiri atau di jalanan.Ini juga berlaku untuk orang yang tak dikenal yang datang ke rumah anda dan memberikan kartu nama pada saat menawarkan jasa mereka.

Mohon kirim e-mail ini untuk memperingati semua wanita, atau bahkan pria yang anda kenal.

Salam waspada,

~ Low Level Flight ~
....BunurBerry® 56H92....


lanjutkan membaca...

Kamis, 10 September 2009

BERAPA ADAB PUASA RAMADHAN

Oleh: Shalahuddin Abdul Rahman Yajji, Lc

1- Berniat dengan ikhlas agar mendapatkan pahala puasa secara sempurna, dan tidak melaksanakannya hanya sebatas kebiasaan yang berlangsung setiap tahun. Rasulullah r bersabda:
((مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) [متفق عليه]
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala maka segala dosa-dosanya yang lalu akan diampuni.” [Muttafaq alaihi]

2- Senantiasa melakukan sholat fardhu tepat pada waktunya secara berjama’ah, khususnya sholat Subuh yang telah banyak dilalaikan oleh sebagian umat Islam. Allah Y berfirman:
“Peliharalah segala sholat(mu) dan (peliharalah) sholat wustha (Ashar). Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” [QS. Al Baqorah: 238]
3- Menjauhi segala hal-hal yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi pahalanya seperti mengucapkan kata-kata kotor, menceritakan kejelakan orang lain (ghibah), mendengarkan musik, menonton acara-acara yang merusak dll. Rasulullah r:
((إِذَا كَانَ صَوْمُ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ)) [متفق عليه]
“Bila salah seorang di antara kalian berpuasa maka janganlah melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan jangan pula berteriak-teriak. Bila seseorang mengejek atau memukulmu, maka ucapkanlah: “Saya sedang puasa.” [Muttafaq alaihi]
4- Berusaha untuk senantiasa makan sahur di akhir malam. Rasulullah r bersabda:
((تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً)) [متفق عليه]
“Hendaklah kalian bersahur, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat berkah.” [Muttafaq alaihi]
5- Menyegerakan berbuka puasa ketika matahari terbenam. Rasulullah r bersabda:
((لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ)) [متفق عليه]
“Manusia akan senantiasa dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan buka puasa.” [Muttafaq alaihi]
6- Senantiasa melakukan sholat taraweh berjama’ah. Rasulullah r bersabda:
((مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)
“Barangsiapa yang menunaikan qiyamullail (taraweh) di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.”
7- Memperbanyak dzikir dalam segala hal dan rutin membaca dzikir pagi dan sore hari. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” [QS. Al Ahzab: 41]
8- Rutin melakukan sholat sunnah rawatib setiap hari, yaitu 12 raka’at, karena siapa yang rutin melakukannya, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits.
9- Bersungguh-sungguh membaca Al Qur’an dan berusaha khatam minimal sekali dalam bulan Ramadhan ini.
10- Memanfaatkan bulan Ramadhan ini dengan banyak membaca doa untuk diri sendiri atau untuk kaum muslimin, khususnya beberapa saat sebelum berbuka puasa, karena itu adalah waktu di mana doa dikabulkan dengan izin Allah. Rasulullah r bersabda:
((ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ)) وَذَكَرَ مِنْهُمْ ((وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ)) [رواه ابن ماجه والترمذي]
“ Ada tiga orang yang doanya tidak tertolak”… beliau menyebutkan salah satu diantara mereka… “Dan orang yang berpuasa hingga berbuka.” [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi]
11- Ikut memberi buka puasa dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Rasulullah r bersabda:
((مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا)) [رواه ابن ماجه والترمذي]
“Barangsiapa yang memberi buka untuk orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu.” [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi]
12- Mengisi 10 hari terakhir Ramadhan dengan sholat tahajjud dan berbagai ketaatan lainnya untuk menemukan lailatul qodar. Rasulullah r setiap memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malamnya (dengan sholat tahajjud), membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya (tidak melakukan hubungan suami istri).
13- Melaksanakan umrah di bulan yang mubarak ini, bila memungkinkan, sebagaimana sabda Rasulullah r:
((عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً)) [متفق عليه]
“Umrah di bulan Ramadhan sebanding dengan melakukan haji” [Muttafaq alaihi].

المكتب التعاوني للدعوة والإرشاد وتوعية الجاليات بالشفا ( 4222626 – 4200620
KANTOR KERJASAMA DAKWAH, BIMBINGAN DAN PENYULUHAN UNTUK WARGA NEGARA ASING, DI SYIFA, RIYADH



lanjutkan membaca...

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Oleh: Shalahuddin Abdul Rahman, Lc

Berikut ini adalah penjelasan secara singkat tentang keutamaan dan pahala yang akan diperoleh dengan membaca dan menghapal Al-Qur’an yang diperkuat oleh dalil-dalil dari nash al-Qur’an sendiri dan nash-nash hadits Rasulullah r. Diantara keutamaan itu adalah sebagai berikut:

1. Mereka akan selalu mendapatkan keberuntungan dan tidak akan merugi. Allah I berfirman:
} إنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ {
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (Q.S. Fathir: 29)

2. Diberi syafa’at (pertolongan) pada hari kiamat.
Rasulullah r bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdulllah bin Umar:
((الصِّيَامُ وَالقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ ، يَقُولُ الصِّيَامُ : أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهْوَةَ فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، وَيَقُولُ القُرْآنُ : مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، قَالَ فَيَشْفَعَانِ))
“Puasa dan Qur'an, keduanya memberi syafa'at bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: "Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan memenuhi syahwatnya, izinkan aku memberinya syafa'at", lalu Al Qur'an berkata: "Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari tidur di waktu malam (karena membaca Al Qur'an) maka izinkan aku memberinya syafa'at." Lalu keduanya pun memberi syafa'at" [HR. Ahmad]
Dalam hadits yang lain, diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahiliy ra, Rasulullah r bersabda:
((اِقْرَءُوا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ))
“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an ini karena ia akan datang memberi syafa’at (pertolongan) pada hari kiamat bagi pembacanya."

3. Akan bersama dengan para malaikat dan mendapatkan dua pahala.
Berdasarkan sabda Rasulullah r:
((الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ))
“Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan bersama dengan para malaikat yang mulia, adapun orang yang tersendat-sendat dan sulit membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Dua pahala yang akan diperoleh orang yang membaca Al-Qur’an dengan tersendat-sendat adalah pahala membaca Al Qur'an dan pahala karena usaha kerasnya membaca walaupun dengan tersendat-sendatnya.

4. Mendapatkan banyak pahala dari setiap huruf yang ia baca.
Rasulullah r bersabda:
((مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، لاَ أَقُولُ (ألـم) حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ ، وَلاَمٌ حَرْفٌ ، وَمِيمٌ حَرْفٌ))
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an) maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh, saya tidak mengatakan 'alif laam miim' satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” [H.R. Tirmidzi, Hasan Shohih]
Bisa dibayangkan betapa banyak pahala yang kita dapatkan bila sanggup membaca 1 juz setiap harinya.

5. Menjadi orang yang terdekat kepada Allah I.
Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah r bersabda:
((إنَّ للهِ تَعَالَى أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ ، أَهْلُ القُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللهِ وَخَاصَّتُهُ))
“Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang khusus dari kalangan manusia, dan ahli Al-Qur’an adalah orang khusus dan terdekat kepada Allah.” [H.R. Ahmad dan Nasai]
Maksud orang yang khusus di sini adalah mereka yang senantiasa membaca, menghapal dan mengamalkan isi kandungan Al Qur'an.

6. Allah akan mengangkat derajatnya.
Rasulullah r bersabda:
((إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً ، وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ))
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum karena Al-Qur’an dan merendahkan derajat kaum yang lain karena Al-Qur’an juga.” [H.R. Muslim]

7. Didahulukan menjadi iman sebelum yang lain.
Rasulullah r bersabda:
((يَؤُمُّ النَّاسَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ تَعَالَى))
“Hendaklah orang yang mengimami orang lain adalah yang terbaik bacaannya Al-Qur’annya.” [H.R. Muslim]

8. Terhindar dari godaan dan tipu daya setan.
Rasulullah r bersabda:
((إنَّ الشَّيطَانَ يَنْفِرُ مِنَ البَيتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ البَقَرَةِ))
“Sesungguhnya syetan itu akan berlari menghindari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqorah.” [H.R. Muslim]

9. Terlindung dari gangguan Dajjal.
Dari Abu Darda ra, Rasulullah r bersabda:
((مَنْ حَفِظَ عَشَرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ))
“Barangsiapa yang menghapal sepuluh ayat dari awal surah Al-Kahfi maka ia akan terlindung dari (gangguan dan fitnah) dajjal.” [H.R. Muslim]

10. Mendapatkan kedudukan yang tinggi di surga.
Dari Abdullah bin Amr ra, Rasulullah r bersabda:
((يُقَالُ لِصَاحِبِ القُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلْ فِي الدُّنْيَا فَإنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا))
“Akan dikatakan kepada shohibul Qur’an, bacalah, naiklah dan bacalah dengan baik sebagaimana kamu membacanya dengan baik di dunia, karena kedudukanmu adalah di akhir ayat yang engkau baca” [H.R. Abu Daud dan Tirmidzi]
Shohibul Qur’an yang dimaksud di sini adalah mereka yang senantiasa beriteraksi dengan Al-Qur’an dengan membaca, menghapal dan mengamalkan isi kandungannya.
Pada hari kiamat nanti, derajatnya di surga akan disesuaikan dengan jumlah ayat yang ia baca dan hapal di dunia. Semakin banyak ayat Al-Qur’an yang ia baca dan hapal, akan semakin tinggi kedudukan yang ia peroleh di akhirat kelak.

11. Mendapatkan mahkota kehormatan dan keridhaan Allah.
Dari Abu Huraerah ra, Rasulullah r bersabda:
((يَجِيءُ القُرْآنُ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَقُولُ : يَا رَبِّ حَلِّهِ ، فَيَلْبَسُ تَاجَ الكَرَامَةِ ، ثُمَّ يَقُولُ : يَا رَبِّ زِدْهُ ، فَيَلْبَسُ حُلَّةَ الكَرَامَةِ ، ثُمَّ يَقُولُ : يَا رَبِّ اِرْضَ عَنْهُ ، فَيَرْضَى عَنْهُ ، فَيُقَالُ : اِقْرَأْ وَارْقَ وَيُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً))
“Pada hari kiamat nanti, Al-Qur’an akan datang dan berkata: “Wahai Tuhanku, berilah ia pakaian”, maka iapun memakai mahkota kehormatan, kemudian Al-Qur’an itu berkata: “Wahai Tuhanku, tambahkan untuknya!” Maka iapun memakai jubah kebesaran, lalu Al-Qur’an itu berkata: “Wahai Tuhanku berilah ia keredhaan-Mu” Maka Allahpun meridhainya. Lalu dikatakan kepada (orang itu): “Baca dan naiklah, dan akan ditambahkan untukmu kebaikan dalam setiap ayatnya.” [H.R. Tirmidzi]

12. Mendapatkan pembelaan Al-Qur’an pada hari kiamat.
Rasulullah r bersabda:
((يُؤْتَى يَوْمَ القِيَامَةِ بِالقُرْآنِ ، وَأَهْلِهِ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ بِهِ ، تَقْدُمُهُمْ سُورَةُ البَقَرَةِ وَآلِ عِمْرَانِ ، تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا))
“Pada hari kiamat nanti, akan didatangkan Al-Qur’an dan orang-orang yang mengamalkannya, diawali dengan datangnya surah Al-Baqorah dan Ali Imran yang akan membela orang yang membaca dan mengamalkan keduanya.” [H.R. Muslim]
Inilah beberapa keutamaan yang akan diperoleh oleh orang yang senantiasa berinteraksi dengan Al Qur'an.
Selain itu, kita juga harus ingat bahwa yang kita baca bukanlah buku biasa, tapi ia adalah kitab suci Al Qur'an yang merupakan Kalamullah, sehingga kita tetap harus memperhatikan adab-adab ketika membacanya. Di antara adab-adab itu adalah sebagai berikut:

Adab-adab membaca Al-Qur’an

1. Hendaklah seorang muslim melakukan amalan dengan penuh keikhlasan karena Allah semata, termasuk ketika membaca Al-Qur’an.
2. Membaca dengan pemahaman, pemikiran dan dengan hati yang mantap bukan hati yang lalai dan lupa.
3. Bersuci (dalam keadaan wudhu) dan memakai siwak sebelum membaca.
4. Tidak membaca Al-Qur’an di tempat-tempat kotor, seperti WC dan semacamnya serta tidak membaca sesuatu dari Al-Qur’an ketika ia junub.
5. Isti’adzah (membaca A’udzu billahi minasy syaithanir rajim) ketika akan membaca Al-Qur’an.
6. Membaca Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) ketika membaca awal Surah kecuali Surah At-Taubah.
7. Memperbaiki bacaan dengan kemampuan yang ada serta membaca dengan khusyu’ dan menangis.
8. Disunnahkan sujud tilawah setiap membaca ayat sajadah.
9. Menghentikan bacaan Al-Qur’an ketika kentut atau ketika tak kuasa menahan rasa ngantuk.
10. Membaca Al-Qur’an dengan tartil (baik) dan sesuai dengan hukum-hukum tajwid.
11. Membaca Al-Qur’an dengan niat untuk mengamalkannya, dan merasakan ketika membaca Al-Qur’an seakan-akan ia berdialog dengan Allah.
12. Disunnahkan bila seseorang membaca ayat yang berbicara tentang rahmat Allah agar memohon karunia kepada-Nya. Dan ketika membaca ayat yang berbicara tentang neraka hendaklah memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka dan memohon kesejahteraan dan keselamatan.

Keutamaan mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an

1. Diturunkan ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat dan akan senantiasa diingat Allah. Rasulullah r bersabda:
((مَنِ اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ فِيمَا بَيْنَهُمْ إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَحَفَّتْهُمُ المَلاَئِكَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ))
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah sambil membaca dan mempelajari Kitab Allah di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat dan akan senantiasa diingat Allah di sisi-Nya.” [H.R. Muslim]

2. Menjadi orang yang terbaik.
Rasulullah r bersabda:
((خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَمَّ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ))
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.” [H.R. Bukhari]

3. Diberikan kepadanya mahkota dari cahaya dan dua pakaian kebesaran untuk kedua orang tuanya.
Dari Buraidah ra, Rasulullah r bersabda:
((مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ وَتَعَلَّمَهُ وَعَمِلَ بِهِ أُلْبِسَ يَوْمَ القِيَامَةِ تَاجًا مِنْ نُورٍ ضَوْءُهُ مِثْلَ ضُوْءِ الشَّمْسِ وَيُكْسَى وَالِدَيْهِ حُلَّتَيْنِ لاَ يَقُومُ بِهِمَا الدُّنْيَا فَيَقُولاَ : بِمَ كُسِينَا ؟ فَيُقَالُ بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا القُرْآنَ))
“Barangsiapa yang membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an, maka pada hari kiamat nanti akan dipakaikan untuknya sebuah mahkota dari cahaya seperti cahaya matahari, dan akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya dua buah pakaian kebesaran, yang nilai keduanya tidak sebanding dengan dunia ini. Kemudian keduanya bertanya: “Mengapa kami diberi (dua pakaian kebesaran) ini?” Lalu dijawab: “Itu karena anakmu yang (senantiasa) berinteraksi dengan Al-Qur’an.” [Ditashih oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi]
Maksud berinteraksi di sini adalah membaca, menghapal, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.
Semoga penjelasan singkat in sedikit banyak bisa memotivasi setipa kita untuk senantiasa menggunakan waktunya sebaik mungkin dengan usaha membaca dan mengkhatam Al Qur'an, terutama di bulan Ramadhan ini.



lanjutkan membaca...

Mengapa Para Syuhada Tetap Hidup

Ibnu Kahfi Bachtiar,
Alumnus Universitas Oldenburg Jerman



"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan ALLAH itu mati; sebenarnya mereka hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki." (Q.S. Ali Imran 169)

ALLAH Yang Maha Tahu bagaimana para syuhada itu tetap hidup di sisi-Nya. ALLAH Yang Maha Menyaksikan bagaimana para syuhada itu memperoleh kenikmatan hakiki dari-Nya. ALLAH pula Yang Maha Berkehendak bila para syuhada itu diberi kesempatan untuk melihat keadaan orang-orang yang masih menunggu-nunggu, apakah benar mereka istiqamah menunggu syahid ataukah mereka menunggu-nunggu karena mencari-cari alasan untuk mengesampingkan jihad. Ada hidup yang lebih dari sekedar hidup secara jasad. Ada hidup yang tidak berakhir hanya karena kematian. Dan hanya para syuhada yang mendapatkan keistimewaan ini. Ruh jihad mereka terus hidup hingga ruh terakhir manusia di muka bumi dicabut dari jasad. Ruh jihad mereka terus menyala di sanubari para penunggu syahid untuk menjadi saksi atas janji-Nya. Inilah hidup yang zaman pun mengakui maknanya. Inilah hidup yang tidak dimengerti oleh musuh. Mereka mengira dengan memadamkan nafas seorang pejuang, maka ruh jihadnya akan terhenti.
Sungguh amat bodoh, ruh jihad itu menular lebih cepat dari satu tarikan nafas itu sendiri. Mereka mengira bahwa ikatan persaudaraan kaum muslimin itu dijalin dari tanah satu negeri ke tanah negeri yang lain, hingga mereka berpikir, ikatan persaudaraan itu akan putus bila tanah sebuah negeri telah mereka hancurkan. Sungguh dangkal pemahaman mereka. Ikatan persaudaraan kaum muslimin itu dijalin dengan tali langit, ketika hati hanya bertuju pada-Nya. Bila mereka hendak memutuskan ikatan ini, jalan satu-satunya adalah memutuskan kesatuan langit, dan cobalah mereka lakukan itu bila mampu.
Masih ingatkah kita dengan akhir hidup seorang pemuda tampan, wajahnya mirip Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Di Mekkah ia lah sang flamboyan. Bila lewat, mata pun tertuju pada sang penarik perhatian. Tetapi bagaimana keadaan pemuda ini setelah mendeklarasikan ketauhidan ? Tertunduk wajah para Sahabat melihatnya. Amat berbeda antara sebelum dan sesudahnya. Dia lah Duta Islam pertama. Hijrah menjadi begitu berarti karena perannya. Lalu bagaimana akhir hayatnya ? Pemegang Panji Islam di Perang Badar dan Uhud ini menunjukkan bagaimana mukmin yang amanah itu sebenarnya.
Kematian sudah menghampirinya ketika sabetan pedang musuh meminta ia melepaskan panjinya. Sembari tetap memegang panjinya ia ulang-ulang bahwa Muhammad adalah Utusan ALLAH dan telah berlalu sebelumnya utusan-utusan ALLAH. Ketika syahid, tidak ada kain yang memadai untuk menutup jasadnya. Bila kepala yang ditutup kaki terbuka, bila kaki yang ditutup kepala terbuka. Ketika melihat jasad Mush'ab, tidak ada kalimat yang keluar dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam selain :

" Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada ALLAH. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah" (Q.S. Al Ahzab 23)
Siapa yang tidak bergetar membaca kisah gugurnya tiga pemuda panglima Islam sekaligus, Zaid, Ja'far, dan Ibnu Rawahah, hanya untuk menjaga agar panji Islam tidak jatuh, hingga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun terdiam ketika mendapat kabar langit mengenai syahidnya orang-orang terdekat dan tercintanya ini ? Menangkah musuh karena syahidnya mereka ? Amat jauh apa yang dikira dan apa yang nyata. Justru keangkuhan Romawi menjadi padam karena ruh jihad mereka. Perginya mereka justru 'melahirkan' seorang Khalid, sang panglima yang dikaruniakan ALLAH untuk tidak pernah merasakan kekalahan selama perang yang dipimpinnya. Terhentikah hidup mereka ? Ruh jihadnya makin menyala di hati para pejuang penegak kalimat-Nya hingga akhir zaman.
Siapa yang melumpuhkan supremasi Sovyet yang menakutkan bagi mereka yang takut selain kepada ALLAH ? Afganistan pun bak neraka bagi tentara beruang merah. Afganistan menjadi bukti betapa sudah terlalu banyak bukti golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak. Hanya dua syaratnya. Ketauhidan yang disertai kesabaran dan persaudaraan orang-orang beriman yang layaknya satu tubuh. Bila bagian yang satu disakiti, bagaimana mungkin bagian yang lain tidak merasakan sakit. Syaikh Abdullah Azzam yang bergabung dalam Mujahidin Afganistan seolah mengulangi apa yang pernah terjadi dahulu ketika seorang Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pun terjun ke medan jihad menyelamatkan Syam yang diserang pasukan Tartar. Lalu bagaimana kabar Afganistan saat ini ? Apa yang didapat musuh di sana ? Surgakah atau neraka ?
Ketakutan seperti apa yang ada di benak musuh ketika untuk memadamkan nafas seorang Ahmad Yassin pun harus menunggu waktu shalat subuh berjamaah, cara yang hanya menunjukkan siapa yang pengecut dan siapa yang takut. Roket kendali istimewa dari sebuah helikopter tempur istimewa pun harus diterjunkan hanya untuk menghentikan ruh seorang Ahmad Yassin. Baiklah, siapa Ahmad Yassin ? Seorang tua dan bisa dibilang buta yang lidahnya tidak dipakai kecuali untuk berzikir. Ia mendefinisikan siapa ulama itu sebenarnya, ketika tidak ada ketakutan dalam hati kecuali hanya kepada ALLAH.
Medan jihad membebaskan tanah yang dirampas adalah rumah baginya yang harus duduk di kursi roda ketika sisa bagian tubuh yang mampu digerakkan tinggal sedikit bagian kepala yang gerakannya tidak lebih dari sedikit isyarat. Berhasilkah musuh menghentikan ruh jihadnya ? Cukuplah Gaza menjadi jawabannya. Logika apa yang mampu menjelaskan golongan yang sedikit dapat memukul mundur golongan yang banyak. Masihkah kita ingat akan Shalat Jumat pertama di Gaza setelah agresi kaum pengecut. Pesawat tempur musuh bergelayutan di atas para jamaah yang menyelesaikan shalatnya. Udara bergetar menderu-menderu karena dekatnya sang burung besi pemangsa dengan mereka yang hendak dijadikan mangsa. Lalu apa yang terjadi dengan para jamaah shalat ? Sedikit pun mereka tidak beranjak dari tempat shalat mereka.
Hati mereka khusyuk mengingat Sang Penggenggam setiap nyawa. Mereka tidak gembar-gembor menakuti musuh dengan ancaman kosong selain dari lidah yang hanya dipakai untuk berzikir untuk mengukuhkan ketakutan hanya pada-Nya. Berhasilkah musuh menakuti mereka ? Yakinlah, getaran udara yang menderu-deru mengibas rambut para jamaah tidak lah melebihi getaran ketakutan yang merayap ke hati, jantung, dan seluruh tubuh sang awak pesawat tempur itu. Bila demikian, siapakah yang takut dan siapakah yang menakutkan ?
Adakah teringat oleh bangsa ini bagaimana kemerdekaannya diraih dan dipertahankan ketika musuh tidak rela tanah Zamrud Khatulistiwa ini harus lepas dari cengkraman hawa nafsu mereka? Adakah kemenangan dengan manisnya mulut atau ketika mati bukan untuk ditakuti melainkan dicari. Bung Tomo pun menyesali dirinya yang tidak dijemput syahid dalam pertempuran yang disebutnya sebagai sebenar-benar pertempuran yang pernah dijalani oleh bangsa Indonesia.
Selebaran-selebaran yang diterbangkan berisi ultimatum yang tidak lebih hanya pernyataan untuk takutlah kepada manusia-manusia penjajah karena mereka memiliki armada perang lengkap yang siap dikerahkan, tidak dijawab melainkan dengan ruh jihad yang membara. "ALLAHU AKBAR" adalah apa yang di hati dan mulut mereka. "MERDEKA ATAU MATI" adalah apa yang dicarinya. Siapakah kebanyakan dari mereka ? Tidak lain adalah para pemuda. Para pemuda yang satu persatu roboh hingga bendera merah-putih-biru dirobek hanya untuk menyisakan warna keberanian dan sucinya niat perjuangan. Berhasilkah musuh mendapatkan apa yang diinginkan ? Cukuplah bisa leluasa duduk-duduknya kita menjadi jawabannya. Lalu kemana bentuk syukur dari kalimat "Atas berkat rahmat ALLAH Yang Maha Kuasa" ?
Sungguh aneh mereka yang menyatakan ingin syahid tetapi kesehariannya menunjukkan apa sebenarnya yang dicarinya. Cukuplah sebagai pembeda ketika orang-orang yang lain di mulut lain di hati lebih senang duduk-duduk daripada memenuhi janjinya. Tempat duduk mereka terlalu nyaman dibandingkan perjuangan menegakkan kalimat tauhid yang konsekuensinya adalah harta dan jiwa mereka. Sungguh aneh mereka yang menyatakan ingin syahid tetapi banyaknya tawa mereka hanya menjauhkan dari apa yang dicita. Sungguh aneh mereka yang merindukan syahid tetapi tidak mempersiapkan apapun untuk kedatangan sang tamu.
Bagaimana mungkin sang tamu berkenan datang bila yang dipersiapkan berbeda dari apa yang seharusnya untuk sang tamu. Tamu yang ini datang membawa kabar kematian yang mulia dan membawa kehidupan sebenarnya, sedangkan apa yang dipersiapkan jelas-jelas untuk tamu yang membawa kabar betapa indah dan nikmatnya dunia, hingga sayang bila tidak dicoba. Sungguh aneh mereka yang menunggu jihad hanya bila sudah bertemu musuh di medan laga. Tidak sadarkah mereka bila sekarang adalah masa musuh yang tak terlihat oleh mata lahir telah merusak barisan mereka. Akidah mereka disamarkan. Kitab mereka digantikan dengan kitab-kitab lain yang lebih patut dibaca. Waktu mereka dialihkan dengan yang sia-sia dan yang membuat lupa. Ketakutan mereka pada-Nya diimbangi dengan ketakutan pada manusia.
Mereka yang merasa bisa menegakkan Kalimat ALLAH dengan hanya duduk-duduk saja, silahkan teruskan perjalanan yang dipenuhi canda tawa, kesenangan, tidur yang nyenyak, kesia-siaan yang menjadi biasa, kecemasan atas harta, dan pujian dari pecinta dunia. Mereka yang hanya mengambil pelajaran dari bagaimana Rasulullah dan orang-orang beriman berjuang menegakkan Islam pun tentu meneruskan perjalanan yang dipenuhi tidak jauh berbeda dari apa yang dialami para teladannya. Ketika perjuangan mereka dipenjara dan ditawan oleh orang-orang yang lupa, cukuplah kalimat dari sebenar ulama yang dijemput malaikat maut pun dalam penjara penguasa semata untuk menegakkan jihad utama yang menjadi jawaban mereka.
"Manusia yang dipenjara adalah mereka yang terpenjara dari Rabbnya, dan manusia yang tertawan adalah mereka yang ditawan oleh hawa nafsunya" (Ibnu Taimiyyah)

Ibnu Kahfi Bachtiar, akhir Maret 2009 menyelesaikan S2 bidang energi terbarukan di Universitas Oldenburg (Jerman). Saat ini ikut membantu salah satu organisasi energi terbarukan di tanah air, melanjutkan penelitian, dan sedang belajar berwirausaha.
Sumber:
http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/ibnu-kahfi-mengapa-para-syuhada-tetap-hidup.htm



lanjutkan membaca...

Wahyu Setan

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha
Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya; ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas RA, "Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya Al-Mukhtar bin Abi Ubaid mengaku bahwa tadi malam dia mendapatkan wahyu." Ibnu Abbas berkata, "Dia benar." Ibnu Abi Zumail yang saat itu berada di dekat Ibnu Abbas langsung tersentak. Dia bangun dan berkata, "Ibnu Abbas mengatakan Al-Mukhtar benar telah mendapatkan wahyu?"

Kata Ibnu Abbas, "Sesungguhnya wahyu itu ada dua; wahyu dari Allah dan wahyu dari setan. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sedangkan wahyu setan diturunkan kepada kawan-kawannya." Lalu, Ibnu Abbas pun membaca ayat, "Sesungguhnya setan itu memberikan wahyu kepada kawan-kawannya untuk membantah kalian." (QS. Al-An'am: 121)
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi, juga ada nabi palsu bernama Al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya, ia adalah seorang zuhud yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari jalan Allah dan mengikuti jalan setan. Ia didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.' Ia bisa membuat keajaiban-keajaiban laksana mukjizat seorang nabi. Saat musim panas, ia datangkan buah-buahan yang hanya ada pada musim dingin. Dan ketika musim dingin, ia datangkan buah-buahan musim panas. Sehingga, banyak orang yang terpesona dan mengikuti kesesatannya.

Al-Harits ditangkap oleh Khalifah Abdul Malik. Ia disuruh bertaubat dan diberi kesempatan untuk bertaubat. Sejumlah ulama didatangkan untuk menyadarkannya. Tapi ia enggan. Ia tetap dalam kesesatannya. Akhirnya, Abdul Malik pun menjatuhkan hukuman mati padanya. Al-Ala` bin Ziyad berkata, "Aku tidak iri sedikit pun pada kekuasaan Abdul Malik. Tapi aku iri dengan vonis matinya terhadap Al-Harits. Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum muncul tiga puluh orang dajjal pendusta yang semuanya mengaku nabi. Maka barangsiapa yang mengaku nabi, bunuhlah ia. Dan barangsiapa yang membunuh salah seorang dari mereka, maka ia akan masuk surga'." (HR. Ibnu Asakir)
Setidaknya ada dua hal yang membuat seseorang mengaku nabi dan atau mendapatkan wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pertama, karena kebodohannya. Dan kedua, karena nafsu duniawi.
Dikarenakan kebodohan terhadap ajaran agama, seseorang yang lemah imannya sangat mudah digelincirkan setan. Dengan segala kelihaian dan kecerdikannya, setan bisa membuat seseorang merasa sangat yakin bahwa bisikan yang diterimanya adalah wahyu. Padahal, itu tak lain adalah bisikan setan
Dan, dikarenakan nafsu duniawi, baik itu motivasi materi ataupun kedudukan, seseorang bisa saja mengaku sebagai nabi dengan cara-cara yang dipoles sedemikian rupa. Anehnya, masih saja ada orang ‘Islam' yang percaya kepada nabi palsu. Dan tak kalah aneh, ada pula yang menganggap nabi palsu sebagai seorang mujaddid! Wallahu a'lam.
http://smp2babat.blogspot.com
Sumber: http://abduhzulfidar.multiply.com/journal/item/9




lanjutkan membaca...

Walisongo

Senja hampir bergulir di Desa Gapuro, Gresik, Jawa Timur, menjelang bulan Ramadhan itu. Tak ada angin. Awan seperti berhenti berarak. Batu pualam berukir kaligrafi indah itu terpacak bagaikan saksi sejarah. Itulah nisan makam almarhum Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 Rabiul Awal 822 Hijriah, atau 8 April 1419.
Di latar nisan itu tersurat ayat suci Al-Quran: surat Ali Imran 185, Ar-Rahman 26-27, At-Taubah 21-22, dan Ayat Kursi. Ada juga rangkaian kata pujian dalam bahasa Arab bagi Malik Ibrahim: ”Ia guru yang dibanggakan para pejabat, tempat para sultan dan menteri meminta nasihat. Orang yang santun dan murah hati terhadap fakir miskin. Orang yang berbahagia karena mati syahid, tersanjung dalam bidang pemerintahan dan agama.”





Demikian terjemahan bebas inskripsi di nisan pualam makam berbangun lengkung menyerupai kubah itu. Dalam beberapa sumber sejarah tradisional, Syekh Maulana Malik Ibrahim disebut sebagai anggota Wali Songo, tokoh sentral penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Sejarawan G.W.J. Drewes menegaskan, Maulana Malik Ibrahim adalah tokoh yang pertama-tama dipandang sebagai wali di antara para wali.
”Ia seorang mubalig paling awal,” tulis Drewes dalam bukunya, New Light on the Coming of Islam in Indonesia. Gelar Syekh dan Maulana, yang melekat di depan nama Malik Ibrahim, menurut sejarawan Hoessein Djajadiningrat, membuktikan bahwa ia ulama besar. Gelar tersebut hanya diperuntukkan bagi tokoh muslim yang punya derajat tinggi.
Sekalipun Malik Ibrahim tidak termasuk dalam jajaran Wali Songo, masih menurut Hoessein, jelas dia adalah seorang wali. Adapun istilah Wali Songo berasal dari kata ”wali” dan ‘’songo”. Kata wali berasal dari bahasa Arab, waliyullah, orang yang dicintai Allah –alias kekasih Tuhan. Kata songo berasal dari bahasa Jawa, yang berarti sembilan.
Ada wali yang termasuk anggota Wali Songo –yang terdiri dari sembilan orang– dan ada wali yang bukan anggota ”dewan” Wali Songo. Konsep ”dewan wali” berjumlah sembilan ini diduga diadopsi dari paham Hindu-Jawa yang berkembang sebelum masuknya Islam. Wali Songo seakan-akan dianalogikan dengan sembilan dewa yang bertahta di sembilan penjuru mata angin.
Dewa Kuwera bertahta di utara, Isana di timur laut. Indra di timur, Agni di tenggara, dan Kama di selatan. Dewa Surya berkedudukan di barat daya, Yama di barat, Bayu, atawa Nayu, di barat laut, dan Siwa di tengah. Para wali diakui sebagai manusia yang dekat dengan Tuhan. Mereka ulama besar yang menyemaikan benih Islam di Jawadwipa.
Figur para wali –sebagaimana dikisahkan dalam babad dan ”kepustakaan” tutur– selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang dahsyat. Namun, hingga sekarang, belum tercapai ”kesepakatan” tetang siapa saja gerangan Wali nan Sembilan itu. Terdapat beragam-ragam pendapat, masing-masing dengan alasannya sendiri.
Pada umumnya orang berpendapat, yang terhisab ke dalam Wali Songo adalah: Syekh Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik, Raden Rakhmad alias Sunan Ampel, Raden Paku alias Sunan Giri, Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, Raden Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang, Syarifuddin alias Sunan Drajat, Jafar Sodiq alias Sunan Kudus, Raden Syahid alias Sunan Kalijaga, dan Raden Umar Sayid alias Sunan Muria.
Namun, komposisi Wali nan Sembilan ini juga punya banyak versi. Prof. Soekmono dalam bukunya, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid III, tidak memasukkan Syekh Maulana Malik Ibrahim dalam jajaran Wali Songo. Guru besar sejarah kebudayaan Universitas Indonesia itu justru menempatkan Syekh Siti Jenar, alias Syekh Lemah Abang, sebagai anggota Wali Songo.
Sayang, Soekmono tak menyodorkan argumentasi mengapa Maulana Malik Ibrahim tidak termasuk Wali Songo. Ia hanya menyebut Syekh Siti Jenar sebagai tokoh sangat populer. Siti Jenar dihukum mati oleh Wali Songo, karena dinilai menyebarkan ajaran sesat tentang jubuhing kawulo Gusti (bersatunya hamba dengan Tuhannya), yang dapat mengguncang iman orang dan menggoyahkan syariat Islam.
Selain itu, Wali Songo juga ditafsirkan sebagai sebuah lembaga, atau dewan dakwah. Istilah sembilan dirujukkan dengan sembilan fungsi koordinatif dalam lembaga dakwah itu. Teori ini diuraikan dalam buku Kisah Wali Songo; Para Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa karya Asnan Wahyudi dan Abu Khalid.
Kedua penulis itu merujuk pada kitab Kanz Al-’ulum karya Ibn Bathuthah. Mereka menjelaskan, sebagai lembaga dewan dakwah, Wali Songo paling tidak mengalami lima kali pergantian anggota. Pada periode awal, anggotanya terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Ishaq, Ahmad Jumad Al-Kubra, Muhammad Al-Magribi, Malik Israil, Muhammad Al-Akbar, Maulana Hasanuddin, Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Pada periode kedua, Raden Rakhmad (Sunan Ampel), Sunan Kudus, Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), dan Sunan Bonang masuk menggantikan Maulana Malik Ibrahim, Malik Israil, Ali Akbar, dan Maulana Hasanuddin –yang wafat. Pada periode ketiga, masuk Sunan Giri, menggantikan Ishaq yang pindah ke Pasai, Aceh, dan Sunan Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang pulang ke Persia.
Pada periode keempat, Raden Patah dan Fatullah Khan masuk jajaran Wali Songo. Kedua tokoh ini menggantikan Ahmad Jumad Al-Kubra dan Muhammad Al-Magribi yang wafat. Sunan Muria menduduki lembaga Wali Songo dalam periode terakhir. Ia menggantikan Raden Patah, yang naik tahta sebagai Raja Demak Bintoro yang pertama.
Analisis tersebut secara kronologis mengandung banyak kelemahan. Contohnya Sunan Ampel, yang diperkirakan wafat pada 1445. Dalam versi ini disebutkan, seolah-olah Sunan Ampel masih hidup sezaman dengan Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, dan Sunan Muria. Padahal, Sunan Kudus hidup pada 1540-an.
Adapun Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Sunan Bonang merupakan guru Sunan Kalijaga, yang berputra Sunan Muria. Bagaimana mungkin Sunan Ampel hidup sezaman dengan Sunan Muria? Lagi pula, tokoh Wali Songo yang disebut dalam buku ini –Aliyuddin, Ali Akbar, dan Fatullah Khan– bukan wali terkenal di Jawa.
Nama mereka jarang ditemukan dalam historiografi tradisional, baik berupa serat maupun babad. Padahal, di Jawa terdapat puluhan naskah kuno berupa babad, hikayat, dan serat, yang mengisahkan para wali. Sebagian besar babad juga menggambarkan, Wali Songo hidup dalam kurun waktu yang bersamaan.
Para wali, menurut versi babad, dikisahkan sering mengadakan pertemuan di Masjid Demak dan Masjid ”Sang Cipta Rasa” (Cirebon). Di sana mereka membicarakan berbagai persoalan keagamanan dan kenegaraan. Kisah semacam ini, antara lain, dapat dibaca di Babad Demak, Babad Cirebon, dan Babad Tanah Jawi.
Babad Cirebon, misalnya, mewartakan bahwa pada 1426, para wali berkumpul di Gunung Ciremai. Mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin Sunan Ampel, membentuk ”Dewan Wali Songo”. Sunan Gunung Jati ditunjuk selaku wali katib, atau imam para wali. Anggotanya terdiri dari Sunan Ampel, Syekh Maulana Magribi, Sunan Bonang, Sunan Ngudung alias Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Syekh Lemah Abang, Syekh Betong, dan Sunan Majagung.
Ditambah dengan Sunan Gunung Jati, jumlah wali itu malah menjadi 10 orang. Nama-nama Wali Songo yang tertulis di Babad Cirebon tersebut berbeda dengan yang tersurat di Babad Tanah Jawi. Dalam Babad Tanah Jawi, yang berasal dari Jawa Tengah, tidak ditemukan nama Syekh Betong dan Syekh Majagung. Sebagai gantinya, akan dijumpai nama Sunan Giri dan Sunan Drajat.
Tapi, peran Wali Songo jelaslah tak sebatas di bidang keagamaan. Mereka juga bertindak selaku anggota dewan penasihat bagi raja. Bahkan, Sunan Giri membentuk dinasti keagamaan, dan secara politis berkuasa di wilayah Gresik, Tuban, dan sekitarnya. Ia mengesahkan penobatan Joko Tingkir sebagai Raja Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya, setelah kekuasaan Raja Demak surut.
Di luar Wali Songo, ada puluhan tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang juga dianggap sebagai wali. Hanya, biasanya mereka berkuasa di kawasan tak seberapa luas. Sunan Tembayat, misalnya, dikenal sebagai pedakwah di Tembayat, sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ia dilegendakan sebagai murid Sunan Kalijaga.
Sunan Tembayat adalah Adipati Semarang yang termasyhur dengan nama Ki Ageng Pandanarang. Berdasarkan cerita babad yang dikutip H.J. De Graaf dan T.H. Pigeuad, Pandanaran meninggalkan singgasananya lantaran gandrung akan ajaran Islam yang disampaikan Sunan Kalijaga. Pada 1512, Pandanarang menyerahkan tampuk pemerintahan kepada adik laki-lakinya.
”Ia bersama istrinya mengundurkan diri dari dunia ramai,” tulis De Graaf dan Pigeaud dalam buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa. ”Pasangan bangsawan Jawa ini berkelana mencari ketenangan batin, sembari berdakwah,” kedua pakar sejarah dari Universitas Leiden, Negeri Belanda, itu menambahkan.
Usai bertualang, Pandanarang dan istrinya bekerja pada seorang wanita pedagang beras di Wedi, Klaten. Akhirnya ia menetap di Tembayat sebagai guru mengaji. Di sana selama 25 tahun, Pandanarang hidup sebagai orang suci dengan sebutan Sunan Tembayat. Ia wafat pada 1537 dan dimakamkan di situ. Bangunan kompleks makam Sunan Tembayat terbuat dari batu berukir, menyerupai bentuk Candi Bentar di Jawa Timur dan pura di Bali.
Pada prasasti makam Sunan Tembayat tertulis, makam ini pertama kali dipugar pada 1566 oleh Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya. ”Kemudian, pada 1633, Sultan Agung dari Mataram memperluas dan memperindah bangunan makam Tembayat,” tulis De Graaf. Cerita tutur tentang kesaktian orang suci dari Semarang yang dimakamkan di Tembayat ini, menurut De Graaf, sudah beredar luas di kalangan masyarakat Jawa sejak pertengahan abad ke-17.
Kisah ini ternukil di naskah klasik karya Panembahan Kajoran dari Yogyakarta, yang ditulis pada 1677. Naskah tersebut pertama kali diteliti oleh D.A. Rinkes pada 1909. Dan kini, bukti sejarah itu tersimpan di Museum Leiden, Negeri Belanda. ”Dengan begitu, legenda itu punya inti kebenaran,” tulis De Graaf, yang dijuluki ”Bapak Sejarah Jawa”.
Selain Sunan Tembayat –menurut versi Babad Tanah Jawi– Sunan Kalijaga juga punya murid lain, Sunan Geseng namanya. Nama asli petani penyadap nira ini adalah Ki Cokrojoyo. Alkisah, dalam pengembaraannya, Sunan Kalijaga terpikat suara merdu Ki Crokro yang bernyanyi setelah menyadap nira.
Kalijaga meminta Ki Cokro mengganti syair lagunya dengan zikir kepada Allah. Ketika Ki Cokro berzikir, mendadak gula yang ia buat dari nira itu berubah jadi emas. Petani ini heran bukan kepalang. Ia ingin berguru kepada Sunan Kalijaga. Untuk menguji keteguhan hati calon muridnya, Sunan Kalijaga menyuruh ki Cokro berzikir tanpa berhenti, sebelum ia datang lagi.
Setahun kemudian, Sunan Kalijaga teringat Ki Cokro. Sang aulia memerintahkan murid-muridnya mencari Ki Cokro, yang berzikir di tengah hutan. Mereka kesulitan menemukannya, karena tempat berzikir ki Cokro telah berubah menjadi padang ilalang dan semak belukar. Syahdan, setelah murid-murid Sunan Kalijaga membakar padang ilalang, tampaklah Ki Cokro sujud ke kiblat.
Tubuhnya hangus, alias geseng, dimakan api. Tapi, penyadap nira ini masih bugar, mulutnya berzikir komat-kamit. Sunan Kalijaga membangunkannya dan memberinya nama Sunan Geseng. Ia menyebarkan agama Islam di Desa Jatinom, sekitar 10 kilometer dari kota Klaten arah ke utara. Penduduk Jatinom mengenal Sunan Geseng dengan sebutan Ki Ageng Gribik.
Julukan itu berangkat dari pilihan Sunan Geseng untuk tinggal di rumah beratap gribik –anyaman daun nyiur. Menurut legenda setempat, ketika Ki Ageng Gribik pulang dari menunaikan ibadah haji, ia melihat penduduk Jatinom kelaparan. Ia membawa sepotong kue apem, dibagikan kepada ratusan orang yang kelaparan. Semuanya kebagian.
Kia Ageng Gribik meminta warga yang kelaparan makan secuil kue apem seraya mengucapkan zikir: Ya-Qowiyyu (Allah Mahakuat). Mereka pun kenyang dan sehat. Sampai kini, masyarakat Jatinom menghidupkan legenda Ki Ageng Gribik itu dengan menyelenggarakan upacara ”Ya-Qowiyyu” pada setiap bulan Syafar.
Warga membikin kue apem, lalu disetorkan ke masjid. Apem yang terkumpul jumlahnya mencapai ratusan ribu. Kalau ditotal, beratnya sekitar 40 ton. Puncak upacara berlangsung usai salat Jumat. Dari menara masjid, kue apem disebarkan para santri sambil berzikir, Ya-Qowiyyu…. Ribuan orang yang menghadiri upacara memperebutkan apem ”gotong royong” itu.
Kisah Ki Ageng Gribik hanyalah satu dari sekian banyak mitos tentang para wali. Legenda keagamaan yang ditulis babad, menurut De Graaf, sedikit nilai kebenarannya. Hanya yang mengenai wali-wali terkemuka, katanya, ada kepastian sejarah yang cukup kuat. Makam mereka masih tetap merupakan tempat yang sangat dihormati. Pada kurun abad ke-16 hingga abad ke-17, keturunan para wali juga memegang peranan penting dalam sejarah politik Jawa.
SELAMA 40 hari, Raden Paku bertafakur di sebuah gua. Ia bersimpuh, meminta petunjuk Allah SWT, ingin mendirikan pesantren. Di tengah hening malam, pesan ayahnya, Syekh Maulana Ishak, kembali terngiang: ”Kelak, bila tiba masanya, dirikanlah pesantren di Gresik.” Pesan yang tak terlalu sulit, sebetulnya.
Tapi, ia diminta mencari tanah yang sama persis dengan tanah dalam sebuah bungkusan ini. Selesai bertafakur, Raden Paku berangkat mengembara. Di sebuah perbukitan di Desa Sidomukti, Kebomas, ia kemudian mendirikan Pesantren Giri. Sejak itu pula Raden Paku dikenal sebagai Sunan Giri. Dalam bahasa Sansekerta, ”giri” berarti gunung.
Namun, tak ada peninggalan yang menunjukkan kebesaran Pesantren Giri –yang berkembang menjadi Kerajaan Giri Kedaton. Tak ada juga bekas-bekas istana. Kini, di daerah perbukitan itu hanya terlihat situs Kedaton, sekitar satu kilometer dari makam Sunan Giri. Di situs itu berdiri sebuah langgar berukuran 6 x 5 meter.
Di sanalah, konon, sempat berdiri sebuah masjid, tempat Sunan Giri mengajarkan agama Islam. Ada juga bekas tempat wudu berupa kolam berukuran 1 x 1 meter. Tempat ini tampak lengang pengunjung. ”Memang banyak orang yang tidak tahu situs ini,” kata Muhammad Hasan, Sekretaris Yayasan Makam Sunan Giri, kepada GATRA.
Syahdan, Pesantren Giri terkenal ke seluruh penjuru Jawa, bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Menurut Babad Tanah Jawi, murid Sunan Giri juga bertebaran sampai ke Cina, Mesir, Arab, dan Eropa. Pesantren Giri merupakan pusat ajaran tauhid dan fikih, karena Sunan Giri meletakkan ajaran Islam di atas Al-Quran dan sunah Rasul.
Ia tidak mau berkompromi dengan adat istiadat, yang dianggapnya merusak kemurnian Islam. Karena itu, Sunan Giri dianggap sebagai pemimpin kaum ”putihan”, aliran yang didukung Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Tapi, Sunan Kalijaga menganggap cara berdakwah Sunan Giri kaku. Menurut Sunan Kalijaga, dakwah hendaklah pula menggunakan pendekatan kebudayaan.
Misalnya dengan wayang. Paham ini mendapat sokongan dari Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Perdebatan para wali ini sempat memuncak pada peresmian Masjid Demak. ”Aliran Tuban” –Sunan Kalijaga cs– ingin meramaikan peresmian itu dengan wayang. Tapi, menurut Sunan Giri, menonton wayang tetap haram, karena gambar wayang itu berbentuk manusia.
Akhirnya, Sunan Kalijaga mencari jalan tengah. Ia mengusulkan bentuk wayang diubah: menjadi tipis dan tidak menyerupai manusia. Sejak itulah wayang beber berubah menjadi wayang kulit. Ketika Sunan Ampel, ”ketua” para wali, wafat pada 1478, Sunan Giri diangkat menjadi penggantinya. Atas usulan Sunan Kalijaga, ia diberi gelar Prabu Satmata.
Diriwayatkan, pemberian gelar itu jatuh pada 9 Maret 1487, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Gresik. Di kalangan Wali nan Sembilan, Sunan Giri juga dikenal sebagai ahli politik dan ketatanegaraan. Ia pernah menyusun peraturan ketataprajaan dan pedoman tata cara di keraton. Pandangan politiknya pun dijadikan rujukan.
Menurut Dr. H.J. De Graaf, lahirnya berbagai kerajaan Islam, seperti Demak, Pajang, dan Mataram, tidak lepas dari peranan Sunan Giri. Pengaruhnya, kata sejarawan Jawa itu, melintas sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar, Hitu, dan Ternate. Konon, seorang raja barulah sah kerajaannya kalau sudah direstui Sunan Giri.
Pengaruh Sunan Giri ini tercatat dalam naskah sejarah Through Account of Ambon, serta berita orang Portugis dan Belanda di Kepulauan Maluku. Dalam naskah tersebut, kedudukan Sunan Giri disamakan dengan Paus bagi umat Katolik Roma, atau khalifah bagi umat Islam. Dalam Babad Demak pun, peran Sunan Giri tercatat.
Ketika Kerajaan Majapahit runtuh karena diserang Raja Girindrawardhana dari Kaling Kediri, pada 1478, Sunan Giri dinobatkan menjadi raja peralihan. Selama 40 hari, Sunan Giri memangku jabatan tersebut. Setelah itu, ia menyerahkannya kepada Raden Patah, putra Raja Majapahit, Brawijaya Kertabhumi.
Sejak itulah, Kerajaan Demak Bintoro berdiri dan dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Padahal, sebenarnya, Sunan Giri sudah menjadi raja di Giri Kedaton sejak 1470. Tapi, pemerintahan Giri lebih dikenal sebagai pemerintahan ulama dan pusat penyebaran Islam. Sebagai kerajaan, juga tidak jelas batas wilayahnya.
Tampaknya, Sunan Giri lebih memilih jejak langkah ayahnya, Syekh Maulana Ishak, seorang ulama dari Gujarat yang menetap di Pasai, kini Aceh. Ibunya Dewi Sekardadu, putri Raja Hindu Blambangan bernama Prabu Menak Sembuyu. Kisah Sunan Giri bermula ketika Maulana Ishak tertarik mengunjungi Jawa Timur, karena ingin menyebarkan agama Islam.
Setelah bertemu dengan Sunan Ampel, yang masih sepupunya, ia disarankan berdakwah di daerah Blambangan. Ketika itu, masyarakat Blambangan sedang tertimpa wabah penyakit. Bahkan putri Raja Blambangan, Dewi Sekardadu, ikut terjangkit. Semua tabib tersohor tidak berhasil mengobatinya.
Akhirnya raja mengumumkan sayembara: siapa yang berhasil mengobati sang Dewi, bila laki-laki akan dijodohkan dengannya, bila perempuan dijadikan saudara angkat sang dewi. Tapi, tak ada seorang pun yang sanggup memenangkan sayembara itu. Di tengah keputusasaan, sang prabu mengutus Patih Bajul Sengara mencari pertapa sakti.
Dalam pencarian itu, patih sempat bertemu dengan seorang pertapa sakti, Resi Kandayana namanya. Resi inilah yang memberi ”referensi” tentang Syekh Maulana Ishak. Rupanya, Maulana Ishak mau mengobati Dewi Sekardadu, kalau Prabu Menak Sembuyu dan keluarganya bersedia masuk Islam. Setelah Dewi Sekardadu sembuh, syarat Maulana Ishak pun dipenuhi.
Seluruh keluarga raja memeluk agama Islam. Setelah itu, Dewa Sekardadu dinikahkan dengan Maulana Ishak. Sayangnya, Prabu Menak Sembuyu tidak sepenuh hati menjadi seorang muslim. Ia malah iri menyaksikan Maulana Ishak berhasil mengislamkan sebagian besar rakyatnya. Ia berusaha menghalangi syiar Islam, bahkan mengutus orang kepercayaannya untuk membunuh Maulana Ishak.
Merasa jiwanya terancam, Maulana Ishak akhirnya meninggalkan Blambangan, dan kembali ke Pasai. Sebelum berangkat, ia hanya berpesan kepada Dewi Sekardadu –yang sedang mengandung tujuh bulan– agar anaknya diberi nama Raden Paku. Setelah bayi laki-laki itu lahir, Prabu Menak Sembuyu melampiaskan kebenciannya kepada anak Maulana Ishak dengan membuangnya ke laut dalam sebuah peti.
Alkisah, peti tersebut ditemukan oleh awak kapal dagang dari Gresik, yang sedang menuju Pulau Bali. Bayi itu lalu diserahkan kepada Nyai Ageng Pinatih, pemilik kapal tersebut. Sejak itu, bayi laki-laki yang kemudian dinamai Joko Samudro itu diasuh dan dibesarkannya. Menginjak usia tujuh tahun, Joko Samudro dititipkan di padepokan Sunan Ampel, untuk belajar agama Islam.
Karena kecerdasannya, anak itu diberi gelar ”Maulana `Ainul Yaqin”. Setelah bertahun-tahun belajar, Joko Samudro dan putranya, Raden Maulana Makhdum Ibrahim, diutus Sunan Ampel untuk menimba ilmu di Mekkah. Tapi, mereka harus singgah dulu di Pasai, untuk menemui Syekh Maulana Ishak.
Rupanya, Sunan Ampel ingin mempertemukan Raden Paku dengan ayah kandungnya. Setelah belajar selama tujuh tahun di Pasai, mereka kembali ke Jawa. Pada saat itulah Maulana Ishak membekali Raden Paku dengan segenggam tanah, lalu memintanya mendirikan pesantren di sebuah tempat yang warna dan bau tanahnya sama dengan yang diberikannya.
Kini, jejak bangunan Pesantren Giri hampir tiada. Tapi, jejak dakwah Sunan Giri masih membekas. Keteguhannya memurnikan agama Islam juga diikuti para penerusnya. Sunan Giri wafat pada 1506 Masehi, dalam usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
http://smp2babat.blogspot.com

lanjutkan membaca...

Selasa, 08 September 2009

Maharani zoo 1









lanjutkan membaca...

Senin, 07 September 2009









lanjutkan membaca...

dirumah 4







lanjutkan membaca...

dirumah 3









lanjutkan membaca...









lanjutkan membaca...

ALbum di rumah santai





lanjutkan membaca...

Rabu, 04 Maret 2009

Mohon maaf ini baru mencoba posting dengan menggunakan HTML


Ya....moga2 berhasil, kalau gak berhasil help me please!
lanjutkan membaca...

.

.